Oleh karena itu, lanjutnya. Kita harus memaksimalkan kinerja aparat intel di lapangan, melakukan koordinasi secara terpadu dengan aparat teritorial serta melakukan kegiatan pembinaan mental dan hukum.

Pangdam menekankan agar satuan kewilayahan untuk mengoptimalkan peran Babinsa di wilayah masing-masing untuk meminimalisir berkembangnya kelompok-kelompok radikal dalam masyarakat.

“Saat ini kita hidup di era digital dengan segala kemudahan yang dapat kita peroleh dan mengakibatkan perubahan gaya hidup masyarakat. Jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal dan bekerja di daerah perkotaan juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan dan tantangan, termasuk di bidang pertahanan dan keamanan,” paparnya.

“Kodam IV/Diponegoro, sebagai salah satu Kotamaops TNI dengan segenap jajarannya juga harus mampu menyelenggarakan operasi pertahanan dan keamanan di wilayah Jawa Tengah dan D.I.Y., salah satunya yaitu pertempuran kota,” ungkapnya.

“Latihan pertempuran kota yang baru saja dilaksanakan oleh Yonif 407/PK merupakan latihan dalam satuan (LDS) yang bertujuan untuk membina kemampuan tempur prajurit Satpur, Satbanpur dan Satbanmin agar senantiasa siap menghadapi tantangan tugas kedepan yang semakin kompleks,”  jelas Pangdam.

Menurut Pangdam, kemampuan satuan dalam melaksanakan pertempuran kota dianggap perlu karena dihadapkan pada perkembangan lingkungan strategis dan perubahan spektrum ancaman yang terjadi saat ini.

“Karenanya, kemampuan pertempuran kota ini harus dimiliki oleh seluruh satuan jajaran Kodam IV/Diponegoro, bukan hanya dimiliki oleh pasukan khusus atau Raider,” tegasnya.