KOTA BEKASI – Batik Sri melatih puluhan anak -anak penyandang disabilitas dan kaum milenial untuk belajar membatik. Selain bertujuan agar mencintai produk dalam negeri, pelatihan ini sebagai upaya melestarikan budaya membatik, sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia, serta sebagai bekal ketrampilan usaha mereka kedepannya.
Dengan menggunakan canting, penyandang anak- anak disabilitas dan kaum milineal ini belajar membatik di Workshop Batik Sri Jalan Bahagia 1 No 640 Kelurahan Mustika Jaya Kecamatan Mustika Jaya. Mereka mengekspresikan diri dengan membuat batik motif ikon Kota Bekasi.
Pada hari ini Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto didampingi Plt Ketua TP PKK Wiwiek Hargono mengunjungi tempat pelatihan tersebut, senyum dan kegembiraan anak-anak saat mengikuti pelatihan menjadi sambutan hangat.
Dalam kegiatan tersebut tampak hadir Camat Mustika Jaya, Lurah Mustika Jaya dan Direktur Operasional Bank Syariah Patriot Nuraini
Pelatihan batik sebagai kegiatan meningkatan ilmu melalui edukasi yang langsung diberikan oleh pengelola usaha batik, selain itu bagian dari melatih sensor mentorik.
Wawasan dan pengalaman ini erat berkaitan dengan program pemberdayaan maupun usaha peningkatan serta menciptakan ekonomi kreatif ditengah masyarakat.
Tentunya hal ini mendapat apresiasi positif dari Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, Ia juga menyampaikan rasa syukurnya atas kepedulian masyarakat terhadap anak-anak penyandang disabilitas ini membuktikan Kota Bekasi sebagai kota ramah anak.
“Bersyukur dan sangat mengapresiasi atas kepedulian dari workshop Batik Sri kepada anak-anak kita, penerus generasi yang sangat luar biasa ini. Dengan memberikan pelatihan ini sehingga anak-anak kita berkesempatan untuk berkreasi dengan mendapatkan edukasi, ini juga membangun kecintaan anak-anak kita terhadap budayanya,” jelas Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto
Lanjut Tri mengungkapkan kegembiraannya saat mengunjungi kegiatan pelatihan membatik ,”Senang dan bergembira bisa memiliki kesempatan berkunjung ketempat yang amat luar biasa ini, melihat anak-anak tercinta belajar dan mengenal cara membatik bersama. Jadi saya bersama Bu Wiwiek dan Ibu Sri Sunarni pemilik dari Batik Sri untuk bertemu serta menyapa langsung dikegiatan disini,” tutur Tri Adhianto
Dengan membatik, para penyandang disabilitas dan kaum milenial diharapkan semakin mencintai batik. Dan di era globalisasi saat ini, budaya membatik tidak boleh luntur, namun harus tetap eksis terjaga dan juga dituntut bisa mengikuti zaman. Sehingga harus ada inovasi, mengkolaborasikan ragam batik di era digitalisasi. (EZ/ST / Heri )