JAKARTA – Kejaksaan Agung melalui Pusat Penerangan Hukum (Puspenkum) kembali berinovasi dengan membuat program ‘Pojok Puspenkum. Adalah salah satu upaya dan kreatifitas pemberitaan untuk pencitraan di era Jaksa Agung Burhanuddin, agar dapat meningkatkan kepercayaan publik.
Pojok Puspenkum ini sebagai sarana, tukar informasi dan curhatan berbagai kalangan ada wartawan, praktisi hukum, politisi, artis, komedian dan masyarakat lainnya tentang Kejaksaan RI. Tujuannya agar dapat menjadi solusi dan masukan bagi kinerja Kejaksaan menuju lebih baik lagi kedepannya.
Di era kepemimpinan Jaksa Agung Burhanudin mengeksplorasi kreatifitas di Puspenkum dalam rangka beradaptasi dengan transformasi digital. Karena hal ini merupakan keharusan dan menjadi dasar program “Bukan Interview” yang digawangi langsung oleh Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung dapat diselenggarakan.
“Bukan Interview” ini diselenggarakan setiap minggu, bahkan kegiatan ini juga dapat dilakukan secara on the spot dan dimana saja untuk mendapatkan pemberitaan yang cepat, up to date dan kredibel dari sumbernya.
Pada Senin 6 Juni 2022 bertempat di Press Room Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Ketut Sumedana bersama dengan Ketua Forum Wartawan Kejaksaan Agung (Forwaka) Zamzam Siregar dan Jurnalis Senior Tempo Sukma Nugraha Loppies hadir dan berdiskusi dalam program perdana Pojok Puspenkum “Bukan Interview”.
FORWAKA
Ketua Forum Wartawan Kejaksaan Agung (Forwaka) Zamzam Siregar menyatakan bahwa kedekatan media massa dengan Kejaksaan RI semakin hari semakin erat, khususnya Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung. Menurutnya, Kejaksaan dinilai responsif terhadap media massa dalam rangka pemberian informasi yang berkaitan dengan institusi Kejaksaan.
“Kejaksaan RI khususnya Puspenkum sangat terbuka dalam koordinasi dengan kami teman-teman media. Bila kami butuh informasi secara cepat, pihak Kejaksaan dapat dihubungi kapan saja melalui telepon bahkan saat tengah malam,” ujarnya.
Lebih lanjut Zamzam mengungkapkan bahwa para pewarta yang nota banenya wartawan di medianya dia akan mengapresiasi kinerja Kejaksaan RI dengan adanya restorative justice. Adanya restorative justice membantu rekan-rekan dalam menulis berita yang berkwalitas.
“Restorative justice merupakan sumbangsih positif dari Jaksa Agung RI Burhanuddin dalam menjawab tantangan terhadap penanganan hukum di masyarakat. Restorative justice menyediakan solusi yang efektif dalam menyelesaikan perkara tanpa melalui sistem peradilan,”
Fleksibel
Selanjutnya, Jurnalis Senior Tempo menyampaikan bahwa di masa pandemi, keuntungan jurnalis adalah dapat fleksibel dalam menyelesaikan pekerjaan melalui WFA (Work From Anywhere), tetapi kita harus siap dihadapkan dengan jam kerja yang lebih lama.
“Saya meminta Kejaksaan RI agar lebih transparan dalam update kasus yang sedang ditangani oleh Kejaksaan, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan publik atau kepentingan banyak orang,” ujar Jurnalis Senior Tempo.
“Bukan Interview” yang dihadiri oleh Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Ketua Forum Wartawan Kejaksaan Agung (Forwaka) Zamzam Siregar dan Jurnalis Senior Tempo Sukma Nugraha Loppies dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan. (Amris)