ACEH TIMUR – Daerah aliran sungai Das wilayah jambo reuhat, mulai dari hulu sampai muara, akrab sering terjadi berbagai persoalan-persoalan mulai dari dampak banjir sebelumnya menenggelamkan pemukiman masyarakat , maupun dampak akibat normalisasi hingga tergerus tanah milik masyarakat serta badan sungai makin melebar.
Penelusuran awak media Global- Satu.com didesa seuneubok pangau kecamatan banda alam, terkait dampak dari pasca tahap 1 normalisasi daerah aliran jambo reuhat, serta kerugian harta benda masyarakat, dan kerusakan prasarana umum, sabtu (18/6).
Sepanjang perjalanan terlihat bahu sungai telah menggerus atau abrasi, sehingga tanah milik masyarakat beberapa meter telah hilang terbawa arus sungai, sehingga badan sungai semakin melebar, tanpa adanya pengaman tebing yang kokoh dibangun oleh pemerintah.
Di konfirmasi Kepala Desa smSeuneubok Pangou, Idris terkait prasarana umum dan rumah masyarakat yang terancam ambruk kesungai.
Idris dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa terkait prarana umum atau jembatan penghubung diatas sungai ini dalam kondisi waktu menunggu ambruk, 1 penyangga telah roboh dihantam derasnya arus sungai, 1 lagi hampir roboh, begitu juga dengan abudment jembatan kiri dan kanan hampir jatuh kesungai,mungkin jembatan ini hanya menuggu waktunya saja akan hilang.
“Kita akui bahwa jembatan ini telah direhab oleh pihak BPD Aceh Timur, tapi sifatnya hanya sementara, kita berharap pemerintah serius dalam hal dapat menangani sesegera mungkin untuk dibangun baru, karena jembatan ini sebagai urat nadi perekonomian masyarakat 3 desa, dimana masyarakat membawa dan mengangkut hasil kebun khusus melalui jembatan ini,” jelas Idris.
Idris melanjutkan, terkait normalisasi sungai yang merupakan program pemerintah terusan sungai jambo reuhat ia selaku kepala desa pernah rapat sebelum pihak contraktor meminta kepadanya memberitahukan kepada masyarakat saat alat berat Excavator bekerja normalisasi berdiri diatas tepi tanah masyarakat yang berdekatan dengan sungai.
“Setelah pekerjaan selesai dinormalisasi untuk pencegahan banjir tidak lama kemudian tanah masyarakat tergerus dibawa arus sungai mencapai 5-6 meter jaraknya, bisa dilihat dilokasi ada beberapa rumah dan bangunan penampungan air untuk dayah hampir jatuh kesungai,” ungkapnya.
“Akibat dampak dari normalisasi dan ganti rugi dari pemerintah untuk masyarakat sampai saat ini, itu tidak pernah ada,” ujarnya.
Menurutnya, Camat Banda Alam saat rapat di pusat pemerintahan kabupaten, pernah memberitahukan kepadanya melalui telpon saat itu untuk mengambil gambar lokasi kerusakan-kerusakan pakai foto maps untuk disampaikan ke Pemda, akan tetapi sampai saat ini belum ada informasi terhadap pembangunannya.
“Kami berharap sebagaimana yang telah diteruskan oleh Camat Banda Alam tersebut ke pihak Pemda, agar dapat ditangani secara serius,” harapnya.
Kami berpesan kepada pihak pemerintah terkait kegiatan normalisasi yang telah dikerjakan atau pun lanjutan nantinya. “Tolong pakai pertimbangan tekhnis lapangan sehingga kerugian masyarakat dapat terpedulikan atau terkendalikan, akan tetapi malah sebaliknya coba dilihat dilapangan kondisi sekarang apa yang terjadi sekarang, sebelumnya sungai hanya lebar 15 meter sekarang tergerus 40 -45 meter,” ungkapnya.
Kita harapkan kepada pemerintah akibat dampak normalisasi di sepanjang sungai aliran jambo reuhat untuk segera memasang pengaman tebing sungai.
Disisi lain, Warga desa seuneubok pangou Darmiati bersama keluarganya menyampaikan bahwa saat ini mereka siang dan malam dalam kondisi was-was, apa lagi saat hujan deras, karna rumah mereka hampir jatuh ke sungai.
“Beberapa rumah termasuk rumah saya bagian dapur hampir ambruk kesungai jadi kami tidak berani memasak lagi didapur, kalau lama -lama begini maka kami tidak ada lagi rumah dan tanah tempat kami tempati untuk kami diami,” ujarnya.
“Kami mohon melalui media ini kepada Bapak-bapak pemimpin tolong perhatikan kondisi kami,” pinta Darmiati. (TS)