SIDOARJO – Mengenang maestro Tari Remo Sidoarjo, Dekesda Sidoarjo mengadakan festival Munali patah mulai tanggal 4 hingga 10 September. Bertempat di Dekesda (Dewan Kesenian Daerah Sidoarjo) dan MPP (Mall Pelayanan Publik).
Ali Aspandi SH., mengatakan kegiaran kali ini prosesnya terasa sangat berat, melelahkan karena diadakan di dua lokasi berbeda yaitu di halaman Dekesda dan MPP (Mall Pelayanan Publik) selama tujuh hari. Meski begitu tetap melakukannya dengan enjoy tetap enak. Menurutnya, kegiatan ini diadakan untuk yang ketiga kalinya dan bisa menguatkan Sidoarjo sebagai kota budaya.
“Kegiatan festival kali ini terasa sangat berat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena berada di dua lokasi berbeda,” kata Ali
“Dekesda sudah merekomendasikan Pemkab Sidoarjo menjadi kota budaya,” tambah Ali.
Dekesda sudah merekomendasikan kepada Pemkab bahwa Sidoarjo layak dinyatakan sebagai kota budaya, untuk itu harus mengisi kegiatan kebudayaan yang melalui even seperti festival Munali Patah. “Kita mencoba merangkul generasi penerus karena merekalah yang akan melanjutkan warisan yang ada saat ini,” imbuhnya.
Zahlul Yussar, S.I.Kom menekankan memang perlu mengadakan kegiatan seperti ini, hampir 3 tahun tidak ada kegiatan karena wabah covid maka dengan sendirinya generasi muda acuh terhadap budaya. Sebelum lebih acuh lagi maka sekarang inilah saatnya bangkit.
“Karena wabah covid kegiatan budaya sempat terhenti. Kini saatnya bangkit kembali untuk kegiatan budaya,” terang Zahlul.
“Kegiatan budaya jangan hanya di tempat budaya tapi harus bisa diadakan ditempat terbuka, seperti bandara, taman,” tutur Yussar.
Yussar mengutarakan bahwa saat ini sudah waktunya untuk menggiatkan kegiatan seperti ini tidak hanya di tempat budaya tapi juga di tempat terbuka atau ruang publik secara menyeluruh seperti bandara dengan menampilkan seperti tarian musik ataupun yang lainnya. Sudah saatnya Sidoarjo memperkenalkan budaya lokal ke masyarakat umum bukan hanya kepada komunitas atau masyarakat tertentu tapi sudah harus diperkenalkan ke masyarakat luas.
Dikatakannya, mensupport dan mendukung kegiatan Dekesda melalui kebijakan anggaran dan setiap tahun akan di evaluasi dan diperjuangkan, karena kebutuhan para seniman ataupun kegiatan tentunya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit inilah yang harus ditunjang. Diharapkan tidak hanya event tahunan tapi bulanan bahkan bila perlu event mingguan di setiap desa karena kalau kita ingin Sidoarjo menjadi kota budaya tidak hanya melalui event tahunan tapi seharus kegiatan budaya bisa bulanan bahkan mingguan sampai ke pelosok pelosok desa.
“Kita mendukung dan mensupport kegiatan seperti ini. Bahkan bila perlu acara bisa dibuat mingguan,” jelasnya
Uriyari anak dari sang maestro menerangkan jika dirinya sangat senang dan bangga karena sekarang karya Tari Remo dan Udeng pacul gowang sudah diakui sebagai ikonnya kota sidoarjo, ia berharap agar generasi muda bisa meneruskan tradisi atau budaya yang sudah ada lebih dikembangkan lagi dilestarikan dan bisa maju lebih sukses lagi.
“Saya bangga dengan karya Tari Remo dan Udeng pacul gowang karena sekarang kreasinya sudah diakui dan menjadi ikon kota Sidoarjo dan generasi muda bisa meneruskan dan melestarikan budaya yang sudah ada,” terang Uriyari.(msa)