PANGKALPINANG — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merilis bahwa inflasi Bangka Belitung secara bulanan 0,39% (mtm) atau secara tahunan 1,86% (yoy) pada bulan Februari 2024, .
Sedangkan angka inflasi tahunan lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional, yaitu sebesar 2,75% (yoy), namun meningkat dari bulan sebelumnya 1,21% (yoy).
Demikian disampaikan oleh Kepala KPwBI Babel, Rommy Sariu Tamawiwy dalam siaran persnya, Senin (4/3/2024).
“Angka inflasi Bangka Belitung yang merupakan gabungan 4 kota IHK, yaitu Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Bangka Barat, dan Belitung Timur, juga merupakan angka inflasi terendah se-Sumatera. Inflasi bulanan utamanya disumbangkan oleh beras sigaret kretek mesin, dan angkutan udara,” katanya.
Secara spasial, lanjut Rommy, Pangkalpinang mengalami inflasi bulanan 0,34% (mtm), terutama bersumber dari komoditas beras, cabai merah, dan ikan tenggiri.
Tak hanya itu, secara tahunan angka inflasi 2,42% (yoy), terutama bersumber dari komoditas beras, sigaret kretek mesin, dan angkutan udara.
“Kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi bulanan 0,47% (mtm) terutama bersumber dari komoditas beras, tahu mentah, dan kacang panjang. Sedangkan secara tahunan angka inflasi 1,32% (yoy) terutama bersumber dari komoditas beras, tahu mentah, dan sawi hijau,” urai Rommy.
Sementara itu, kota Tanjungpandan mengalami inflasi bulanan 0,57% (mtm) terutama bersumber dari beras, ikan kerisi, dan ikan selar.
Secara tahunan inflasi 3,14% (yoy) bersumber dari komoditas beras, angkutan udara, dan daging ayam ras.
“Kabupaten Belitung Timur mengalami inflasi bulanan 0,18% (mtm) terutama bersumber dari komoditas beras, udang basah, dan ketimun. Sedangkan secara inflasi 0,25% (yoy), terutama bersumber dari komoditas beras, bawang putih, dan daging ayam ras,” ulasnya.
Lebih lanjut Eks Kepala KPwBI Papua Barat ini menegaskan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat Provinsi kabupaten kota terus memperkuat program-program pengendalian agar angka inflasi Bangka Belitung berada di rentang sasaran 2,5+1% pada tahun 2024.
Juga, pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM), pemantauan sidak pasar bersama Tim Satgas Pangan, operasi pasar/pasar murah, dan SPHP Bulog terus dilakukan untuk menjaga keterjangkauan harga pangan oleh masyarakat. Kerjasama Antar Daerah (KAD) akan diperluas meningkatkan ketersediaan pasokan pangan.
Maka dari itu, pihaknya dan TPID mewaspadai potensi peningkatan tekanan inflasi di bulan Maret 2024 karena momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Nyepi, Paskah, bulan Ramadhan 1445 H, serta Idul Fitri 1445 H di bulan April 2024, yang dapat mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
Demikian juga, untuk mengantisipasi hal tersebut, TPID telah memetakan rencana kegiatan operasi pasar/pasar murah, GPM, rencana pemanfaatan fasilitas distribusi pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan kerjasama antar daerah untuk sektor pangan.
“Bank Indonesia akan melanjutkan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi (GNPIP) tahun 2024 yang melibatkan kelompok tani, kelompok pembudidaya ikan, pondok pesantren, kelompok wanita tani, PKK, dan sebagainya. Melalui program ini, Bank Indonesia optimis angka inflasi Bangka Belitung selama tahun 2024 berada di sasaran target 2,5+1%,” pungkas Rommy.(bai)