SEMARANG – Memperingati Ulang Tahun ketujuh belas komunitas Waroeng Keroncong mengelar mini orchestra keroncong di Aula Balaikota Semarang pada Hari Jumat (16/05/2025) dengan dihadiri ratusan penonton. Selain mengadakan mini orkestra juga dibagikan piala bagi pemenang lomba keroncong se Jawa Tengah yang diadakan sebelumnya.
H. Setiyanto, SE. menceritakan pada tahun 2008 profesinya adalah pelaksana pekerjaan di proyek. Kita mengerjakan proyek di sana pada tahun 2006 itu. Karena Jogja ada gempa kita kerjakan di sana sampai 2008. “Karena saya hobinya keroncong tiap malam mengelar musik keroncong. Di Jogja ada sebuah stasiun radio yang menyiarkan secara langsung musik keroncong yang dihadiri juga para komunitas penyuka keroncong sehingga dari situlah saya bawa ke Semarang. Kita rembukan dengan Mas Furianto sama Mas Marsono sehingga kita membentuk, menampilkan pementasan keroncong yang waktu itu belum ada anggaran sehingga kita patungan. Saya waktu itu punya sound system saya mengeluarkan sound system kemudian snack ya dari para donator,” ungkapnya.
“Komunitas ini terbentuk sewaktu di Jogja yang terkena gempa bumi dan kebetulan ada stasiun radio yang menyiarkan secara langsung musik keroncong. Dari sana kemudian kita bawa ke Semarang,” tambah H. Setiyanto.
Pak ketua mengatakan ulang tahun ketujuh belas Waroeng keroncong ini kita buat event untuk nguri-nguri budaya. Kemarin melaksanakan lomba nyanyi lagu-lagu keroncong maupun pop tapi pengiringnya keroncong dengan tujuannya adalah untuk mengenalkan keroncong kepada masyarakat karena seorang penyanyi pop itu belum tentu bisa menyanyikan lagu keroncong sehingga nanti setelah kenal irama keroncong bisa nyanyikan lagu keroncong asli.
“Untuk ulang tahun kali ini kita uri-uri budaya Nusantara melalui lomba lagu keroncong se tingkat Jawa tengah dengan teknisnya menyanyikan lagu pop tapi diiringi musik keconcong. Dengan tujuannya adalah untuk mengenalkan keroncong kepada masyarakat,” ujar ketua.
“Dengan adanya musik keroncong modern seperti saat ini para generasi muda bisa menyukai keroncong,” katanya.
Pria kelahiran 1967 menjelaskan, dengan musik yang keroncong yang modern seperti ini nanti para generasi muda itu bisa menyukai keroncong jadi bermula dari pop dikeroncongkan kemudian lama-lama dia akan suka keroncong dan sekarang juga banyak di tempat-tempat hiburan sudah banyak yang memakai irama keroncong seperti di Tawang dan di hotel-hotel yang lainnya itu memakai keroncong tapi tidak lagu keroncong tapi lagu barat lagu pop di keroncongkan begitu juga penggemarnya juga banyak.
Pak Haji menambahkan, sejak tahun 2016 kita sudah mendapatkan anggaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menyelenggarakan event-event. Memang dari pemerintah itu eh anggarannya satu kali namun kita pecah menjadi empat plus donatur-donatur. “jadi setiap Rabu kita mengatakan pementasan keroncong namanya Rabu keroncong. Dulu awalnya di taman KB itu kemudian di Sobo Karti, di mana Taman Nada selanjutnya di kota lama harinya tetap Rabu,” kayanya.
“Memang kita mulai tahun 2016 mendapatkan anggaran dari dinas untuk menyelenggarakan event. Selain itu kita juga mendapatkan anggaran dari donatur juga.” tambah Pak Haji
“Musik keroncong adalah salah satu musik tradisonal yang ada di Indonesia dan kita harus bangga akan musik keroncong. Apalagi standarnya nasional, lagu apapun bisa dimainkan dengan keroncong,” imbuhnya..
Bapak usia 58 tahun ini berpesan, untuk para generasi muda ketahuilah bahwa keroncong adalah musik asli Indonesia makanya perlu kita bangga terhadap musik keroncong. “Musik keroncong standarnya nasional lagu apapun bisa dimainkan dengan keroncong karena akornya sama dengan akornya di pop misalnya ada nada f sama larinya sama sehingga tempo juga sama jadi lagu pop dinyanyikan tadi dinyanyikan dengan irama Keroncong bisa ataupun keroncong itu hanya bedanya hanya di cengkok dengan pop itu makanya memang kalau keroncong perlu belajar cengkok jumlah,” pungksnya. (msa)